Sunday 21 June 2009

Cukupkah Sebentuk Cinta Meyakinkanku untuk Menikah?

Usiaku sudah cukup matang. Aku pun telah memiliki pekerjaan yang layak, begitu pun dengan kekasihku. Orang tua kami sudah saling mengenal. Hampir semua rekan dan kerabat menyarankan agar aku segera menikah. Menikah itu ga sulit kok... Urusan pesta, tinggal call Wedding Organizer, beres!!!

Tapi, siapkah aku menikah?

Pertanyaan itu terus menghantuiku. Ada keinginan yang begitu besar untuk segera saja melangkahkan kaki menuju gerbang cinta yang suci dan diridhoi oleh Tuhan. Tetapi sebersit ragu terus mengusik, terkadang membuat langkahku menjadi sempoyongan. Aku seolah tak mampu dengan tegas mengatakan, "Ya, saya siap!"

Apa yang salah denganku. Apakah karena kehidupan single ku yang nyaman, membuatku merinding memikirkan bahwa semuanya akan berubah? Ya, aku cukup nyaman dengan rutinitasku sekarang. Dari Senin sampai Jumat, aku bekerja di sebuah instansi pemerintah. Jam 5 sore aku sudah pulang, beristirahat, dan bisa melakukan segenap hobiku, membaca komik, ngeblog, buka facebook atau menonton film sampai larut malam. Aku pun tak punya kewajiban memasak. Kalau lagi capek, tinggal beli di warung sebelah. Kalau lagi pengen pizza, tinggal kring, pesan, dan diantar dech.

Sabtu Minggu adalah saat yang tepat buat merefresh stamina dan pikiranku. Shopping atau sekedar cuci mata adalah hal yang sungguh tak bisa kulepaskan. Berjam-jam di gramedia pun aku betah. Aku bebas dunk membelanjakan uangku sendiri.

Live is really easy...

Tapi bagaimana jika seseorang tiba-tiba hadir dalam hari-hariku. Kubayangkan aku akan semakin sibuk. Mulai dari menyiapkan baju untuk suami tiap pagi dan petang. Mencuci dan menyetrika baju jadi tambah banyak. Belum lagi harus masak, minimal menyediakan makanan yang dimakan. Lalu, jika dia tidak menyukai masakanku, akankah dia tetap bisa menghargainya?

Lalu, kapan aku punya waktu istirahat? Masih layakkah aku santai-santai baca komik? Masih adakah waktu yang tersisa untuk mengurus blog-blogku yang bertebaran di dunia maya? Akankah suamiku kelak mengizinkanku chatting dengan teman-temanku? Atau akan marahkah dia jika aku ketahuan bermain-main Pet Society di Facebook? Bagaimana jika suamiku minta dipijit tiap pulang kerja, sementara aku sendiri merasa letih? Dan lagi, masih bisakah aku dengan bebas berburu buku di toko buku?

Live is going to be hard

"Aku mencintainya. Aku tak ingin melepaskannya. Sudah saatnya aku menerimanya dalam kehidupanku." Berulang-ulang aku mengucapkannya dalam hati. Berusaha menyingkirkan rasa ragu dan terus bercokol. Oh, Tuhan...mengapa cinta yang Engkau semaikan dalam hatiku, tak jua membimbingku, tak cukup meneguhkan jiwaku...

2 comments:

-dyfin- said...

Menikah memang memulai kehidupan yang baru, kehidupan yang benar2 sangat berbeda dari hidupmu saat ini!!

Unknown said...

Yeah...
Dan idealnya pernikahan membuat setiap orang bahagia.
Kuharap itu yang judapatkan kelak