Tuesday 22 December 2009

Selamat Hari Ibu From Nicka To Mama

Jika detik ini adalah yang terakhir bagiku atau bagi dunia,
Jika kalimat ini adalah penutup dari jutaan episode yang telah lalu,
Jika waktu tak lama lagi menelan jiwaku bulat-bulat,
Dan jika Sang Penguasa Waktu hanya memberiku satu kalimat
untuk kusampaikan,


"Ika sayang banget sama Mama"


Di hari Ibu ini, seluruh dunia berlomba mengucapkannya, pada wanita terkasih mereka,
pada Ibu yang telah menyemaikan benih cinta sejati di hatinya dan menjaga kejernihan air matanya
untuk dicurahkan sebagai penyubur cinta.


Apakah hanya di hari ini?


Padahal dalam setiap detik mama telah merayakan untukku.
Ketika aku merasa gagal, mamalah yang menyorakkan kemenangan atas usaha kerasku,

dan meniupkan semangat ke dalam tungku batinku yang mulai padam
Ketika aku telah mencapai kemenangan, mamalah yang meriuhkan rasa syukur tak terperi
dan menjaga nyala di hatiku untuk tetap bersinar


Terima kasih, Tuhan
Telah memberiku detik yang berharga hingga saat ini,
telah membuatku terlahir dari sosok Mama yang hebat.


Aku berharap, masih ada milyaran detik lagi
untuk bersamanya,
bersama Mama.

Wednesday 21 October 2009

Jangan Jadi Parasit Dong...

Gara-gara dengerin lagu gokil 'Parasit' nya Gita Gutawa, aku ingin menulis tips menghadapi teman yang jadi parasit bagi kita. Emang teman yang parasit kayak apa? Tau khan, kayak di lirik lagunya Gita Gutawa itu, minta dijemputin, minta ditelfonin, minta ditraktirin, minta dibayarin, pokonya minta ini itu lah. Kalau mintanya sekali dua kali seh ga masalah. Lah kalo terus-terusan gitu khan repot juga kita.

Tapi sebelumnya lebih baik lagi kalau kita introspeksi diri, jangan-jangan selama ini justru kitalah yang menjadi parasit bagi teman kita, nah loh. Jadi gimana caranya si biar kita ga jadi parasit yang menjengkelkan itu?



Pola Hidup Sederhana dan Gemar Menabung
Malu khan kalo tiap hari kita minta ditraktirin teman, numpang makan di rumah teman, minjem HP teman buat sms atau malah telfon. Lama-lama teman kita juga jadi malas dekat-dekat sama kita. Daripada kehilangan teman, lebih baik disiplinkan pola hidup kita, jangan sampai lebih besar pasak daripada tiang. Kalau memang uang saku kita terbatas, makanlah seadanya, kurangi jajan. Usahakan untuk nabung tiap hari, so kalau ada barang rada mahal yang pengen kita beli, kita bisa pakai duit sendiri, ga minta dibeliin atau ngutang sama teman.

Rajin Mempelajari Hal-hal Baru
Pelajari hal-hal dan keterampilan baru yang bermanfaat. Semakin banyak pengetahuan dan keterampilan yang kita miliki, meminimalkan kita dari minta tolong sama teman kita. Malahan, kita jadi bisa bantu-bantu teman yang kesulitan.

Berlatihlah Mandiri dan Lebih Kreatif!

Belajarlah mandiri dan ga dikit-dikit mengandalkan orang lain. Tingkatkan kreatifitas baik dalam berfikir maupun bertindak. Jadi ketika kita menghadapi hal-hal yang ga terduga, kita ga langsung nyelonong minta bantuan teman, melainkan berfikir kreatif, mencari alternatif cara yang bisa kita lakukan untuk menyelesaikan permasalahan kita sendiri.

Friday 16 October 2009

Salahkah Jatuh Cinta Pada Teman di Dunia Maya?

Pertanyaan itulah yang diajukan salah seorang temanku pada suatu forum diskusi di Facebook. Kasusnya begini, sang lelaki merasa dirinya jatuh cinta pada seseorang yang hanya ditemuinya di dunia maya, Facebook yang saat ini tengah didewakan.

Dia selalu menuangkan rasa cintanya ke dalam bait-bait puisi. Tiap kali kekaguman pada pujaan hatinya terbit, ia tuliskan sajak-sajak tentangnya. Apakah rasa itu wajar? Ataukah ia hanya dibuat gila oleh cinta?

Miss Purple, sebelumnya pernah menerbitkan artikel yang berisi curahan hati seorang wanita yang mengalami kasus yang sama. Rajin menulis puisi karena jatuh cinta, dan uniknya, jatuh cinta pada orang yang belum pernah ditemuinya secara langsung, hanya lewat chatting dan email. Wow, inilah rona cinta yang memberi warna khas pada wajah dunia.

Miss Purple menjawab pertanyaan sang lelaki puitis tersebut plus komentar untuk wanita romantis terdahulu, "Rasa itu sangatlah manusiawi. Tidak ada yang salah, yang ada hanyalah sebuah keunikan yang menjadi sifat cinta itu sendiri."

Hanya saja dalam menyikapi cinta di dunia maya ini , ada beberapa hal yang bisa menjadi koridor buat menjaga hati dan sikap kita, supaya gag terlalu berlebihan dalam menyikapinya.

Kenali Rasa Itu
Yakinkan, tegaskan, berulang-ulang, benarkah kamu mencintainya? Ini penting, mengingat kita seringkali tidak sapat menilai perasaan kita yang sesungguhnya. Jangan-jangan perasaan yang kita alami hanya suatu bentuk kekaguman atas prestasi atau sikap atau fisik yang dimiliki olehnya. Apakah ketika kamu 'merasa mencintainya' kamu tidak dapat merasa perasaan kagum dan rasa suka yang sama terhadap orang lain? Benarkah hanya ada dia di hatimu? Dan berbagai pertanyaan lain yang bisa kamu tujukan pada 'nuranimu sendiri'. Ketika kau temukan jawaban "Ya, saya yakin saya mencintainya", lakukan langkah realistis, di antaranya berikut.

Buat Janji Bertemu
Jika kita yakin kita mencintainya, tentulah kita begitu ingin mengenalnya lebih dekat. Jadi kenapa tak membuat janji untuk bertemu dengannya. Hal ini mungkin sulit bagi beberapa dari Anda, alasannya berbeda-beda. Ada yang karena jarak terlalu jauh, mungkin lintas pulau, negara atau bahkan benua. Ada yang karena kurang percaya diri, sehingga masih menunggu saat yang tepat. Atau malah ada yang justru mengetahui, bahwa tak ada harapan untuk menemuinya. Kasusnya, bisa saja orang yang 'kamu cintai di dunia maya' tersebut ternyata sudah punya pasangan hidup, minimal pacar lah. Dan kamu tahu hal itu. Jika itu yang terjadi, saran Miss Purple: STOP IT! Jangan buang waktumu untuk memimpikan hal yang kamu tahu tidak akan mendapatkannya atau 'tidak berani mengambil resiko untuk mendapatkannya'.

Bertanya dan Berterus Terang
Jika kamu tahu bahwa kamu masih punya kesempatan untuk mendapatkan cintanya, segeralah ungkapkan cintamu. Kalau kamu saat ini masih berhalangan untuk bertemu langsung, cobalah berterus terang kepadanya melalui dunia maya. Cari saat yang tepat untuk mengungkapkan perasaanmu. Jelaskan bahwa kamu begitu ingin bertemu dengannya suatu hari nanti. Tanyakan juga bagaimana perasaannya padamu. Beri dia waktu untuk menjawabnya dan jangan terkesan memaksa.

Miss Purple rasa itulah beberapa hal yang boleh dicoba, untuk merealisasikan cintamu. Tak sedikit lho pasangan yang menikah dan bahagia berawal dari perkenalan di dunia maya. Kuncinya adalah pertahankan kejujuran cintaimu.


Tuesday 8 September 2009

Setangkai Mawar Kuning Di Harimu Yang Tak Bersahaja Lagi

Inilah yang ingin kusampaikan pada sebuah jiwa yang merajai hidupku selama tujuh musim.
"Rasanya aku harus memberimu dua puluh dua tangkai mawar merah. Di saat yang sama kedua orang tuamu memasak tumpeng dan menaruh kopi pahit serta kembang tujuh rupa pada empat penjuru. Pada malam yang sakral ketika letihku memudar dan jiwaku menyatu dalam cahaya gemintang.

Mawar merah, dua lusin kurang dua, telah terangkai indah dalam genggamanku. Ada keharuman tersendiri jika saja bisa kau rasakan. Tapi semua berlalu karena angkuhmu merengkuh. Kebahagiaan yang sempat meretas terlambung dalam sia. Kau bahkan tak mengerling.

Diakah yang membuat senyummu tertaut di sana. Pada tebing rapuh tempat kau tambatkan asa ku yang kukira tuk selamanya. Mawar merah yang merekah dalam jemariku, rontok tinggal duri yang tertancap dalam daging. Sakitkah? Bahkan tanya itu tak pernah terlontar. Semua hanya tentang waktu. Bukankah itu yang selama ini menjadi tonggakmu berdiri, WAKTU.

Sadarkah Sayang, bahwa waktu punya kawan yaitu BOM. Kau baca apa, Dears? BOM WAKTU."

Inilah yang kubawakan bersama untaian kelopak cinta. Ups, jangan kau harap ada merah dalam iringan harimu yang tak lagi menebar sahaja.

Saturday 5 September 2009

Pantaskah kau kusebut "Bidadari" yang kucari?!?!

Aku tak ingin berharap banyak dari semua ini. Rasanya sudah mati rasa, tak ingin lagi...lagi dan lagi...!!! Aku pun juga tak mengerti keadaan seperti apa yang memaksaku untuk tetap pada jalanku, yang mungkin orang lain tak bisa melihatnya dengan hati mereka. Hanya aku yang bisa merasakan, keadaan cinta apa yang aku punya. Cinta ini tak sempurna, walau aku sudah berjuang untuk bisa mencintai dengan sempurna atas ketidaksempurnaannya. Mungkin cuma aku yang berjuang, sedangkan wanitaku tak mau tahu. Terlalu tak bisa mengerti apa yang di mau Sang Cinta tentang bahteranya. Dia, kekasih yang kusayang...entah terbelenggu oleh apa, aku juga tak begitu paham. Atau semua ini hanya rasaku saja yang terlalu berlebihan mendogma cintanya?? Tapi waktu yang terus menjerembabkan ku, memaksaku untuk tak bisa bertahan. Namun, dibalik semua itu aku tak ingin memaksanya untuk menjadi seperti yang kuingini, karena aku lebih memilih Cinta yang Apa adanya, baik dan buruknya adalah Cintaku. 

Aku yakin cintanya juga kuat terhadapku, tapi rasanya tak sebanding dengan gelisahku, resahku, gundah dan gentingnya hatiku memikirkannya. Dan kurasa dia biasa-biasa saja, tetap hidup dengan dunianya sendiri walau terkadang dia juga menanyakan hidupku, memperhatikanku bahkan berlebihan. Aku suka itu!! Atau ini yang dinamakan Cinta yang Dewasa, cinta yang tak perlu sekedar menanyakan "Sudah makan belum, sayang??" ato "Met bobok yah..." karna kita memang bukan anak kecil lagi! Cinta yang memegang teguh kepercayaan, hingga setiap Saturday Night, tempatnya sepasang kekasih berpesta pora merayakan kemegahan perasaannya, aku cuma menepi saja dalam kesendirian, karena dia masih sibuk dengan rutinitas kerjanya. Dan hanya sesekali menanyakan "Malming kemana?? Jangan macem2 yah..!!" Malahan hari-hari selain "Hari Raya" insan yang dimabuk cinta, kita sering mengadakan pesta kecil2an, sebagai ganti "Saturday Night" yang terbuang. Itu pun adalah hal istimewa buatku, memadu kasih di hamparan laut, bergumul dengan Candle Light Dinner atau sekedar menyemarakkan gedung bioskop
Ok, say...!! Aku akan berusaha jalani ini dulu, sejauh mana kata "SERIUS" yang pernah berikrar itu kita pegang erat!! Meski begitu tetap saja muncul DILEMA BESAR dala diriku.

Jika suatu saat kau menjadi istriku, akankah kau masih seperti itu, atau masih seperti ini?!?!
Pantaskah kau kusebut "Bidadari" yang kucari?!?!
Aku tak ingin waktu yang akan menjawab, karena waktu adalah bisu, dia tak bisa berkata-kata. Hanya keteguhan cinta yang sebenar-benarnya yang harus menjawab semua ini!!
Atau aku akan benar-benar menepi dari bahtera kita, sebelum akhirnya hanya kalimat inilah yang terucap: "Selamat tinggal sayang, Aku Lelah!!!"
Aku tak mau itu, Jangan pernah letih mencintaiku, menyayangiku, dan menginginkanku!
Karna kita adalah sebuah RECTOVERSO, dua pencitraan yang sebenarnya SATU!!!

by. -dyfin-

Saturday 1 August 2009

Aku, Mama dan Kamar Kos Dua Kali Tiga Meter

Kupikir, Bude terlalu membesar-besarkan masalah. Memang, apa salahnya kalau mama ikut ke Jogja denganku? Aku dan mama telah berjanji untuk selalu bersama, seburuk apapun keadaannya. Aku terpaksa berpura-pura menangis, agar Bude mau merelakan mama pergi.

Aku tak yakin bisa belajar dengan tenang di Jogja sementara di Pemalang, mama sendirian, siapa yang akan menjadi tempatnya berbagi? Aku tahu persis bagaimana watak Bude dan Bulikku, sehingga terlalu berat meninggalkan mama dengan keduanya.

Resiko akan diejek ‘Anak Mami’ oleh teman-temanku nanti tak pernah kuanggap serius. Aku tergolong cuek buat masalah-masalah sesepele itu. Apa artinya ejekan ‘Anak Mami’ kalau selama bertahun-tahun aku telah menanggung sindiran, cemooh, dan perlakuan yang lebih berat dari itu. Hidup tanpa ayah bukan hal yang mudah. Tak ada surat cerai, tak ada nisan, tapi aku bahkan tak bisa melihat batang hidungnya, atau sekedar mendengar suaranya. Jadi dimana dia? Yang kumiliki hanya kenangan tentangnya lewat lusinan foto-foto keluarga bahagia. Kau akan melihatku menangis hampir setiap hari sebelum aku menginjak bangku SMP, sebelum aku belajar untuk bersikap ‘tuli’,dan tentu saja sebelum hatiku beku dan air mataku kering.

Cukup Satu Mama untuk Separuh Nyawaku
Dan akankah aku hidup di sini dengan separuh nyawa saja?! Aku tak berani bertaruh. Jadi, dengan bismillah dan uang yang dikirimkan kakakku,plus gali lubang sana-sini, berangkatlah kami ke Jogja. Kami menyewa satu kamar seharga 1.800.000 pertahun. Berkat mama yang ahli melobi, kami diperkenankan membayar sewa kamar secara mencicil. Iya dong, duitnya khan mesti dibagi-bagi, apalagi daftar ulang STAN saat itu mencapai 700 ribu rupiah.

Adakah yang Pernah Ngekos Bersama Ortunya?Sekamar pula!!!
Jujur saja, ada sebersit rasa bersalah. Melihat kondisi kamar kami, ukuran dua kali tiga meter dengan satu ranjang ukuran 90x200 cm –yang seharusnya hanya untuk satu orang- kami tidur saling himpit-himpitan, dan itu terjadi selama lebih dari setahun. Mama tak pernah mengeluhkan hal ini. Kalau ada orang yang bertanya, “Ibu tidurnya dimana?Sempit begini,” mama hanya tertawa dan menjawab santai, “ye disini dong, sambil pelukan khan muat”.

Sebagai anak, aku tahu meski mama tak pernah mengungkapkannya. Pasti ada geliat kekhawatiran, ada semburat malu dan jenuh. Kukatakan pada mama, bahwa ini salahku. Namun kuyakinkan bahwa aku akan membuat roda nasib berputar. Aku akan berusaha menebus setiap tetes air mata mama yang terkuras, aku akan berlari sampai ke puncak tertinggi, mungkin sampai kakiku mati rasa dan tak lagi mengingat apa itu ‘letih’.

Satu kamar kos berdua, adalah termasuk dalam pilihan hidup. Pilihan yang disuguhkan oleh Tuhan dan yang kami pilih tak lain karena mengharap ridho-Nya. Tak pernah kusangka bahwa di kamar dua kali tiga meter inilah segalanya yang indah baru bermula. Yang tidak akan kudapatkan tanpa jantung kehidupanku, tanpa cinta mama.

Trims Cinta.

Tuesday 28 July 2009

Cinlok dan Semangat Kerja

Sibuknya... Banyak tugas kantor yang harus aku selesaikan, dikejar-kejar deadline bikin pusing, capek, dan stress. Bagaimanapun juga, aku ga suka bekerja setengah-setengah. Jadi aku bersumpah, minggu ini semua tugas akan tuntas sampai ke akar-akarnya.

Untuk satu laporan aku butuh waktu dua hari, padahal ada 4 laporan yang harus selesai dalam waktu empat hari. Wah, butuh semangat ekstra neh...Seminggu yang lalu, aku masih pesimis bakal bisa menyelesaikan semua tugas kantor itu tanpa 'terlambat'. Tapi sekarang, aku berhasil membuktikan bahwa tidak ada kata 'terlambat' lagi. Oh, well...Satu laporan bahkan bisa kuselesaikan dalam 6 jam, keren khan?!

Nah, sobat miss purple pastinya aku bisa menyelesaikan semua tugas itu karena semangat. Ya, aku harus punya semangat ekstra. Mau tahu dunk apa yang membuat semangatku berlipat-lipat??? Tapi jangan ketawa ya...

Yang membuatku semangat ternyata seorang rekan kerja yang kusukai. Wow!!! Aku tertarik pada seorang senior di divisi yang sama. Lama-lama aku jadi bergantung padanya, dalam arti... aku senang kalau misalnya dia ada datang, sms, telfon, atau kirim email meski sekedar menanyakan masalah pekerjaan.

Orang bilang, inilah yang dinamakan Cinta Lokasi alias Cinlok. Sebelumnya aku tak yakin kalau perasaan ini adalah cinta. Jangan-jangan aku cuma terbawa suasana, atau kagum belaka karena selain cool, dia juga pinter. Tetapi kemarin ketika kami berdua menjadi tim yang sama untuk menyelesaikan tugas kantor, aku mulai merasakan debaran ini, rasa hangat, rindu dan keinginan untuk selalu bersamanya. Ga salah lagi, ini Cinta.

Banyak yang bilang bahwa Cinlok bisa bikn ribet. Nantinya bisa beredar gosip di tempat kerja yang membuat kita jadi ga nyaman kerja. Yah, sejauh ini seh, aku masih bisa menjaga sikap dan memendam rasa agar jangan sampai orang lain tahu tentang perasaanku ke dia. Jadi, kurasa masalah gosip ini ga akan ada dech selama kita bisa bersikap sewajar mungkin.

Lalu, ada sobat yang bilang bahwa Cinlok justru akan menghambat prestasi kerja. Katanya seh, kalo pas lagi kerja trus di dekat kita ada orang yang kita sukai, kita malah jadi grogi kerjanya, ga konsen lah... Tapi anehnya hal yang sebaliknyalah yang aku alami. Adanya dia di dekatku justru membuatku merasa nyaman, tidak sendirian, seolah dia meniupkan semangat melalui kisi-kisi batinku.

Makanya aku cerita ama miss purple dan sobat miss purple semuanya, bahwa... Jangan takut jika kamu menemukan cintamu ada di satu ruang kerja, satu kantor, satu divisi, atau mungkin malah satu teamwork yang sama denganmu. Ga perlu ambil pusing soal gosip. Yang perlu kau lakukan hanyalah meresapi rasa cinta itu, karena cinta memberimu kekuatan untuk meghadapi apapun.

Saturday 18 July 2009

Aku adalah Lilinmu yang Kau Biarkan Padam

Terkadang memang begitu menyakitkan jika mengingat hal ini. Sampai-sampai aku berfikir bahwa aku lah manusia terbodoh di dunia ini. Tapi kadang juga tak yakin apakah semuanya seperti ini?!?!
Apa yang aku maksud adalah sebuah kata yang sudah sangat akrab sekali ditelinga kita:
Ya, kata itu adalah TEMAN/SAHABAT
Dulu, saat aku dan sahabatku sama-sama masih lugu, tak mengerti rona dunia yang begitu penuh liku, memang semangatku begitu menggebu untuk mengangkat persahabatan pada dunia baruku yang sangat indah. Tak peduli berapa banyak waktu yang aku luangkan untuk mereka, tak segan peluh ku kuperas untuk membuatnya bahagia, tak jarang aku relakan diriku menjadi badutnya. Semua itu kulakukan karena aku sayang mereka. Namun, ketika waktu berlalu, mengganti daun-daun kering dengan tunas hijau daun yang tumbuh segar, semua kenangan masa lalu seakan musnah tanpa ada yang memusnahkan. Tak satu pun mereka ingat akan semangat kita dulu. Bahkan seakan mereka tak mau tahu ketika aku pertanyakan. Sayangnya, saat ia butuh aku, pasti mereka datang dengan memelas padaku, dan aku pun rela berbuat apa saja untuknya, walau sebenarnya aku tak bisa, tak ada waktu, dll. Tapi setelah keinginannya terpenuhi, tetap saja menghilang. Huh, aku bagai sebuah lilin, yang selalu menerangi di sekitarku sedang aku sendiri terbakar habis!!
Bukan aku pamrih sobat, tapi aku menyayangkan semua ini, mengapa kau anggap persahabatan ini adalah mainan belaka sedang aku sudah total masuk didalamnya. Dan ketika aku terpuruk, kesepian, tak lagi punya semangat, kalian tak datang juga, pun tak mau membalas setiap smsku. Aku butuh kalian...tuk sembuhkan luka ini!! Mengapa kau biarkan lilin pelitamu ini padam?!?!
Dan akhirnya memang benar-benar padam. Fuhh, nama besar "SAHABAT" t'lah hancur di hatiku.

Mungkin tak sedikit dari teman-teman juga pernah merasakan hal ini, sebenarnya aku juga tak begitu mengerti apakah semua persahabatan seperti ini, atau aku yang terlalu bodoh untuk tetap setia diatas khianatnya?!?!! Ah, aku pun tak begitu mau ambil pusing atas ini, semua biar mengalir pada tempatnya. Life Must Be Simple.

Monday 6 July 2009

Plus Minus Hubungan Cinta Jarak Jauh -Part One-

Di antara sobat miss purple tentunya ada yang pernah atau sedang menjalani hubungan cinta long distance. Jika hubungan itu telah berjalan lama dan selama ini langgeng aja, miss purple ucapkan selamat plus dua jempol buat kamu dan pasanganmu. Kenapa? Pastinya karena kalian telah mampu membuktikan pada semesta bahwa cinta tak pernah terikat ruang dan waktu. Tetapi buat kamu yang ingin menjalin cinta jarak jauh, sebaiknya pertimbangkan dulu baik-baik. Apalagi jika yang ingin berhubungan serius. Siapkah kamu dan pasanganmu menghadapi segala konsekuensinya? Miss Purple punya opini seputar plus minus hubungan cinta jarak jauh yang bisa kamu jadikan pertimbangan.

Plusnya...
  • Menumbuhkan kedewasaan
Banyak pasangan yang ketika berdekatan, merasakan ketergantungan satu sama lain yang berlebihan. Sekedar contoh, ada cewe yang sampai gak berani ke toko buku kalau gak diantar pacarnya atau malah gak mau makan kalau gak bareng pasangannya. Wah, bisa repot dunk. Padahal satu hal yang harus kita sadari, tidak selamanya orang yang kita sayangi ada di samping kita. Dengan adanya jarak di antara pasangan, bisa menumbuhkan kedewasaan baik dalam bersikap maupun berpikir.
  • Melatih Diri dalam Mengontrol Emosi
Tiap hari ketemu sama kekasih kita tidak menjamin hubungan berjalan mulus tanpa pertengkaran. Ada kemungkinan malah frekuensi pertengkarannya lebih banyak daripada yang menjalani cinta jarak jauh. Kalau dekat-dekatan, sering kelihatan tuh egonya masing-masing, sedikit-sedikit cemburu, marah, ngambek, ngajak putus... Nah, adanya jarak yang memisahkan dan frekuensi pertemuan yang jarang bisa membuat pasangan belajar mengontrol emosi. Ya iyalah, udah jarang ketemuan, cuma bisa telepon atau chatting, khan sayang kalau kesempatan itu digunakan buat bertengkar. Maka ketika masalah datang, masing-masing akan belajar untuk berfikir dengan kepala dingin dan mengutamakan logika daripada emosi.
  • Menghindari Hal-hal Yang Tidak Diinginkan
Ini khusus buat yang belum nikah atau masih tahap pacaran. Kalau sudah nikah seh, lebih dekat lebih baik, semakin intim semakin asik. Tapi, kalau yang masih pacaran, dikhawatirkan keintiman hubungan bisa menjerumuskan pasangan pada hal-hal yang buruk seperti kehamilan di luar nikah (sayangnya hal tabu ini sekarang sudah dianggap biasa).

  • Memupuk Kerinduan
Tidak sedikit pasangan yang menjalani cinta jarak jauh justru lebih langgeng daripada mereka yang tiap hari ketemu. Koq bisa ya? Itulah hebatnya cinta sejati. Jarak yang membentang tidak dijadikan sebuah penghalang tetapi malah menyuburkan benih-benih kerinduan. Yang pernah mengalaminya pasti setuju. Karena kangen, kita pasti akan berusaha untuk menghubungi kekasih kita sesering mungkin untuk sekedar melepas rindu , lewat telepon atau email misalnya. Zaman sekarang, teknologi komunikasi semakin memperpendek jarak. Tak ada masalah yang cukup berarti. Semakin besar rasa rindu, semakin kuat perasaan cinta kita. Tepatlah pepatah yang mengatakan 'Jauh di mata, lekat di hati'.

Bagaimana, sobat Miss Purple? Mudah-mudahan beberapa sisi positif hubungan cinta jarak jauh di atas sudah cukup untuk menenangkan perasaan sobat yang saat ini sedang mengalaminya. Kita memang disodori berbagi pilihan dalam hidup. Dan di tiap pilihan yang kita ambil, ada konsekuensinya, itu pasti. Nah, pada postingan berikutnya, Miss Purple akan ngobrolin soal Minusnya Hubungan Cinta Jarak Jauh.

Sunday 28 June 2009

Surat Cinta Untuk Ayah

Hari ini sangat istimewa untukku. Hari wisuda pertamaku, setelah perjuangan panjang di perguruan tinggi. Tentu saja Ayah seharusnya mengerti bahwa perjuangan yang kumaksud tidak hanya sebatas belajar, tetapi juga aku harus mencari tambahan uang untuk biaya kuliahku.

Dan setelah sekarang aku menyandang gelar sarjana, kau pastilah bangga. Kau memelukku dan tersenyum. Kau pun mengatakan bahwa kau bangga memilikiku dalam hidupmu. Tentu saja, aku telah bertekad takkan membuatmu kecewa, karena aku mencintaimu. Semua karena cinta.

Tapi benarkah Ayah mencintaiku? Kalau iya, mengapa semua pelukmu, senyum banggamu, hanya ada dalam anganku? Mengapa kau tak hadir saat ini di sisiku? Bukan hanya di hari wisudaku, tapi di semua hariku selama sepuluh tahun ini. Kau tak menyaksikan di saat aku menerima piagam penghargaan dan beasiswa sebagai siswa berprestasi di SMP. Kau tak hadir di saat aku menerima piala Siswa Teladan di SMU. Kau bahkan tak memberiku ucapan selamat saat aku lulus UMPTN.

Aku seringkali merasa iri pada teman-temanku. Mereka yang asal naik kelas saja dapat hadiah istimewa dari ayah mereka. Sedangkan aku, Sang Juara tak mendapatkan apapun darimu bahkan sepotong senyum pun tidak.

Sampai sekarang aku bingung. Apa yang membuatmu meninggalkan kami. Seingatku, kami tak pernah membuatmu marah. Kau pun tak pernah marah. Yang kuingat, kau selalu memanjakanku. Apapun yang kuminta, selalu berusaha kau penuhi. Lalu apa alasan kau pergi?
Malam itu kau berpamitan pada bunda seperti biasa, untuk bekerja. Bahkan kau berjanji kembali besok dengan membawa uang yang cukup untuk biaya pendaftaran ulang sekolah kakak. Tak ada yang aneh, tak ada yang membuat kami curiga, tak ada tanda bahwa kau pergi tak akan kembali.

Tapi nyatanya, kau hilang bagai asap. Ada kabar bahwa kau menikah lagi. Bertahun-tahun aku mempercayai kabar itu dan merasa marah. Aku marah karena kau mengkhianati cinta bunda, cinta kami. Kulalui hari-hariku dengan kemarahan yang membengkak, dengan kekecewaan yang mengoyak. Untunglah ada bunda yang selalu meniupkan semangat ke dalam kisi-kisi batinku, yang setia menguatkanku untuk tetap melangkah sekalipun di jalan panas berduri.

Ayah...
Ketika aku menulis catatan hatiku ini, Sang Waktu telah melahap semua amarah, sedih, dan rasa kecewaku. Tapi ternyata waktu tak sanggup untuk menghapus cintaku padamu. Aku memaafkanmu sekalipun kau tak pernah meminta. Aku masih berharap bertemu denganmu, sekalipun aku telah kau buang dari hatimu.


Wednesday 24 June 2009

Pernahkah Kau Merasa Hatimu Hampa?

"Pernahkah kau merasa hatimu hampa?" Sepenggal lirik lagu 'Hampa Hatiku' dari band Ungu tersebut mengalun dari speaker komputerku. Rasanya pertanyaan itu ditujukan padaku. Dan kujawab, Ya. Aku sering merasa hatiku hampa. Begitupun saat ini.

Tiap kali aku mengantarnya pulang dan menatap langkah-langkahnya hingga bayangnya tak lagi tampak, perasaanku tiba-tiba berubah hampa. Hanya keyakinan bahwa ia pasti kembalilah, yang membuatku tetap bertahan menanti.

Apakah ini yang disebut Cinta? Ataukah hanya egoku yang berlebihan? Salahkah bila aku ingin ia berada di sisiku selamanya. Dan selamanya berarti waktu yang sangat panjang, tak berbatas.

Apakah di antara teman-teman ada yang merasakan hubungan jarak jauh seperti yang kurasakan saat ini? Hanya berkomunikasi melalui sms, email dan telepon tak pernah cukup. Aku tak bisa menatap matanya. Aku tak bisa membaca mimiknya. Bagaimana aku tahu bahwa dia tidak sedang berbohong?

Kecemburuan sering mencuat dari hatiku yang gusar. Sulitnya menjalin cinta jarak jauh terutama ketika ada masalah. Aku tipe orang yang ingin menyelesaikan masalah secepat mungkin. Kalau dia marah, misalnya, aku inginnya segera menemui langsung, bicara empat mata, baru aku bisa tenang. Sementara dia seringkali menonaktifkan HP nya jika sedang marah. Uhhh, betapa menyebalkannya. Rasanya aku jadi ingin punya pintu ajaib Doraemon.

Satu yang kubanggakan adalah. Cinta kami yang mampu bertahan hingga tiga tahun ini. Betapa banyaknya kekasih yang saling bertemu setiap hari, tetapi hubungan mereka tak bertahan lama. Yah, aku sekarang belajar untuk menguatkan keyakinanku, pada Tuhan tentunya, karena hanya Dia-lah yang mampu menjaga cinta ini.

Cintaku Sejati Meski Kau Tak Nyata


Cinta adalah bunga yang tumbuh tanpa bantuan musim, begitulah Kahlil Gibran menggambarkan keanggunan dan keunikan cinta. Seperti catatan hati seorang sobat miss purple ini.

Teman-temanku banyak yang tidak percaya, ketika aku mengatakan pada mereka bahwa aku sedang jatuh cinta pada teman chating yang tak pernah kutemui. Sebagian dari mereka menasehati agar aku berhati-hati, karena aku hanya mengenalnya lewat barisan kata-kata. Ketika itu friendster dan facebook belum lahir di dunia maya.

Namun aku mempercayainya. Aku yakin bahwa dia orang baik-baik dan semua yang diceritakannya padaku adalah apa adanya, tanpa rekayasa. Aku merasa nyaman bisa berbagi cerita dan pengalaman dengannya. Bahkan, aku lebih terbuka padanya daripada pada teman-temanku di 'dunia nyata'.

Aku tak pernah mengungkapkan perasaaanku kepadanya secara eksplisit. Aku takut tak berbalas. Cinta adalah hal yang rumit dan menyimpan hal serumit itu dalam hati mungkin saja bisa membuatku sakit. Tapi yang terjadi padaku justru sebaliknya, aku merasa bersemangat setiap harinya. Kusematkan cinta ini dalam untaian puisiku untuknya. Apakah dia mengerti? Semoga saja.

Aku berharap, aku bermimpi, aku berangan-angan suatu saat dia hadir dalam dunia nyataku. Tak terhitung berapa kali kami janjian bertemu, tapi entah kenapa semuanya gagal. Namun aku yakin bahwa rencana Tuhan selalu berakhir indah. Harapan adalah harta termewah yang kumiliki, karenanya kujaga harapan ini tetap bersinar.

Hingga detik ini, tujuh tahun berlalu sejak perkenalan, kami belum pernah bertatap muka secara langsung. Meski demikian, hubungan kami di dunia maya tetap berlanjut.

Beberapa waktu yang lalu, aku melihat profilnya di Facebook. Ada beberapa fotonya bersanding dengan seorang perempuan cantik. Oh, siapakah perempuan beruntung itu yang dipilihnya sebagai kekasih hati? Aku cemburu, tentu saja. Namun yang dapat kulakukan hanyalah menelan realita sepahit apapun itu.

Dan cinta yang telah merekah ini, haruskah kuremukkan dalam jemariku? Atau kubiarkan ia tetap utuh bersama detak nadiku?



Sunday 21 June 2009

Cukupkah Sebentuk Cinta Meyakinkanku untuk Menikah?

Usiaku sudah cukup matang. Aku pun telah memiliki pekerjaan yang layak, begitu pun dengan kekasihku. Orang tua kami sudah saling mengenal. Hampir semua rekan dan kerabat menyarankan agar aku segera menikah. Menikah itu ga sulit kok... Urusan pesta, tinggal call Wedding Organizer, beres!!!

Tapi, siapkah aku menikah?

Pertanyaan itu terus menghantuiku. Ada keinginan yang begitu besar untuk segera saja melangkahkan kaki menuju gerbang cinta yang suci dan diridhoi oleh Tuhan. Tetapi sebersit ragu terus mengusik, terkadang membuat langkahku menjadi sempoyongan. Aku seolah tak mampu dengan tegas mengatakan, "Ya, saya siap!"

Apa yang salah denganku. Apakah karena kehidupan single ku yang nyaman, membuatku merinding memikirkan bahwa semuanya akan berubah? Ya, aku cukup nyaman dengan rutinitasku sekarang. Dari Senin sampai Jumat, aku bekerja di sebuah instansi pemerintah. Jam 5 sore aku sudah pulang, beristirahat, dan bisa melakukan segenap hobiku, membaca komik, ngeblog, buka facebook atau menonton film sampai larut malam. Aku pun tak punya kewajiban memasak. Kalau lagi capek, tinggal beli di warung sebelah. Kalau lagi pengen pizza, tinggal kring, pesan, dan diantar dech.

Sabtu Minggu adalah saat yang tepat buat merefresh stamina dan pikiranku. Shopping atau sekedar cuci mata adalah hal yang sungguh tak bisa kulepaskan. Berjam-jam di gramedia pun aku betah. Aku bebas dunk membelanjakan uangku sendiri.

Live is really easy...

Tapi bagaimana jika seseorang tiba-tiba hadir dalam hari-hariku. Kubayangkan aku akan semakin sibuk. Mulai dari menyiapkan baju untuk suami tiap pagi dan petang. Mencuci dan menyetrika baju jadi tambah banyak. Belum lagi harus masak, minimal menyediakan makanan yang dimakan. Lalu, jika dia tidak menyukai masakanku, akankah dia tetap bisa menghargainya?

Lalu, kapan aku punya waktu istirahat? Masih layakkah aku santai-santai baca komik? Masih adakah waktu yang tersisa untuk mengurus blog-blogku yang bertebaran di dunia maya? Akankah suamiku kelak mengizinkanku chatting dengan teman-temanku? Atau akan marahkah dia jika aku ketahuan bermain-main Pet Society di Facebook? Bagaimana jika suamiku minta dipijit tiap pulang kerja, sementara aku sendiri merasa letih? Dan lagi, masih bisakah aku dengan bebas berburu buku di toko buku?

Live is going to be hard

"Aku mencintainya. Aku tak ingin melepaskannya. Sudah saatnya aku menerimanya dalam kehidupanku." Berulang-ulang aku mengucapkannya dalam hati. Berusaha menyingkirkan rasa ragu dan terus bercokol. Oh, Tuhan...mengapa cinta yang Engkau semaikan dalam hatiku, tak jua membimbingku, tak cukup meneguhkan jiwaku...